Pengunjung

ikuti Kata Hatimu?

Diposkan oleh Unknown On 13.59

Ikuti Kata Hatimu?

     Salah satu nasihat yang sering diucapkan banyak orang ketika kita menghadapi masalah adalah, “follow yourheart,” ikuti kata hatimu. Banyak orang yang percaya kalau suara hati itu selalu benar, jujur, tidak pernah ngebohong. Maka selalu dengarkan kata hatimu. Tapi apa bener demikian? Nanti dulu.
     Sebetulnya tidak ada satupun manusia yang bisa menentukan satu perbuatan itu benar atau salah. Seperti kalau kita ditanya; bohong itu baik atau buruk sih? Pacaran itu sehat atau nggak? Marah itu pantas atau tidak? Atau saat teman-teman kita menawarkan segelas minuman keras atau bahkan narkoba, pilihan apa yang harus kita lakukan ; mengikuti kata hati yang mengajak pada solidaritas pergaulan atau menolak dengan resiko dicap ‘anak mami’ atau ‘sok alim’. Seringkali hati kita bimbang dan kebingungan menghadapi berbagai pilihan. Tentu saja, karena hati kita bukanlah ‘wasit’ yang selalu bisa memimpin sebuah pertandingan dengan fair atau adil. Terkadang hati juga bisa terpeleset pada pilihan yang salah.
     Buat kita, lazimnya orang Indonesia, membuka aurat – apalagi telanjang – di depan umum itu memalukan. Tapi sebagian orang di dunia suka bertelanjang di muka umum; di pantai, di pemandian umum bersama orang lain, atau para model yang difoto untuk sampul majalah, dsb. Bagi mereka hal seperti itu sah saja. Hati mereka tidak merasa bersalah ataupun malu karena menganggap hal itu adalah benar.
     Kalau kamu suka membaca budaya berbagai bangsa di dunia kita mungkin bisa terkejut. Ada suku yang tanda ucapan salam adalah dengan saling meludah, ada juga yang terbiasa merayakan hari-hari kegembiraan mereka dengan minum minuman keras, sementara ada suku lain yang kanibal, memangsa sesama manusia. Bagi mereka, perbuatan-perbuatan itu adalah sebuah kebenaran.
     Maka, seandainya kita diminta menentukan sendiri perbuatan baik dan buruk untuk diri kita, dijamin kita akan bingung sendiri. Salah-salah manusia bisa hidup seperti hewan yang hidup tanpa aturan. Akhirnya, manusia sendiri yang akan sengsara.
     Itulah sebabnya agama kita, Islam, datang dengan sejumlah aturan untuk kebaikan manusia. Nggak cuma menyuruh manusia menyembah Allah, tapi juga hidup sesuai dengan aturanNya. Kenapa kita harus hidup dengan aturan Allah? Karena Allah yang menciptakan kita, pastinya Ia juga yang Mahatahu yang baik dan buruk bagi kita.
     Misalnya – ini cuma permisalan --, kalau kamu sakit, pastinya kamu datang ke dokter untuk berobat dan tidak akan pergi ke bengkel las. Dan ketika dokter yang memeriksamu memberi saran untuk banyak istirahat, menghindari makan makanan tertentu dan banyak minum vitamin, kamu akan patuh. Kenapa? Karena kamu percaya dokter lebih tahu dari siapapun mengenai masalah kesehatan – apalagi dibandingkan tukang las --.
     Karena Allah yang menciptakan kita, sudah pada tempatnya kita berjalan mengikuti apa yang diminta Allah. Dan nggak mungkin juga Allah meminta kita melakukan atau melarang sesuatu bila tidak ada kebaikannya buat kita. Ketika Allah meminta kita untuk menjauhi minuman keras, itu pasti ada kebaikan yang Allah inginkan buat kita. Bisa kita buktikan sekarang betapa miras itu merusak kesehatan dan juga menyebabkan orang berbuat kejahatan. Atau drugs itu menghancurkan masa depan seseorang.
     Percaya saja, kalau kita coba-coba melanggar aturan Allah maka manusia sendiri yang bakal sengsara. FirmanNya:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(Ar Rum [30]:41).  

     Sekarang orang panik dengan penyebaran penyakit AIDS. Ini penyakit yang serius, yang tiap tiga menit satu orang terinfeksi. Sepertiga dari pengidap virus HIV di dunia ini adalah remaja. Sebabnya adalah merebaknya gaya hidup bebas. Banyak di antara mereka ketika melakukan perbuatan tercela itu berprinsip ‘ikuti kata hatimu’. Tawuran di kalangan remaja juga tidak kunjung menurun, sebabnya mereka berbuat tanpa berpikir masak-masak, mereka hanya mengikuti ‘apa kata hati’.
     ‘Apa kata hati’ tidak menjamin kebenaran. Satu-satunya yang benar adalah apa yang ditentukan oleh Allah. Walaupun hati kita tidak suka, misalkan kita malas shalat, belum mau berjilbab, masih sulit meninggalkan pacaran, tetap saja itu semua adalah kebenaran. Hati kitalah yang masih dikuasai oleh hawa nafsu, belum mau menerima kebenaran yang hakiki.
     Pilihan yang benar itu tidak selalu pilihan yang mungkin menyenangkan kita. Mungkin harus kita hadapi dengan berbagai macam kesukaran. Dijauhi teman gara-gara menolak ajakan mereka ‘minum-minum’, disuruh shalat atau diminta belajar serius oleh orang tua, mengerjakan PR padahal teman-teman kita sedang jalan-jalan di mall, tidak berpacaran karena dilarang oleh orang tua, dsb.
     Lalu apa yang harus kita kerjakan ketika menghadapi masalah? Berpikirlah dengan jernih dan tidak tergesa-gesa; pikirkan perbuatan mana yang tidak membuat kita menjadi berdosa. Tundukkan hati kita pada yang pilihan yang Allah mau. Dengan mengikuti apa yang Allah ridloi pilihan kita pasti benar, di dunia juga di akhirat.

“Belum sempurna iman seseorang sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa,”()š

" " "

Melempar Api

Ke Genangan Bensin


     Suatu ketika kamu sedang marah pada seorang kawan. Apa yang akan kamu pikirkan tentang orang itu? Banyak di antara kita yang kemudian terus berusaha mencari-cari kesalahan yang pernah dia lakukan pada kita. Mengingat-ingat apakah dia pernah menyinggung perasaan kita, pernah lupa mengembalikan barang yang dia pinjam pada kita, atau mungkin kesalahan yang dia lakukan pada orang lain. Tiba-tiba kita menjadi seorang ‘investigator’, seorang polisi penyelidik. Menyelidiki kesalahan orang lain untuk membenarkan kemarahan kita padanya. Sehingga ketika kita memutuskan hubungan darinya, atau mencelanya, kita berpikir ‘Dia memang pantas mendapatkannya’.
     Inilah yang saya maksud dengan melempar api ke dalam genangan bensin. Kamu sedang terbakar oleh kemarahan, dan kamu mencari genangan bensin untuk mengobarkan api kemarahanmu. Dan ternyata, amat mudah menemukan ‘genangan bensin’ untuk memperbesar ‘api’. Kenapa? Karena memang tidak ada manusia yang sempurna. Temanmu dan juga kita, akan selalu punya kesalahan. Semakin sering seseorang berkawan, semakin besar peluang mereka berbuat kesalahan termasuk menyakiti kawannya. Sangat mudah mencari genangan bensin.
     Tapi apakah itu jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah di antara kita? Sayangnya tidak. Dengan memperbesar kemarahan masalah kita jadi semakin rumit. Misalnya kita marah padanya dan mulai mencela semua kesalahan yang pernah ia lakukan, tapi dia menyangkal dan balas menyebut kesalahan kita, akhirnya kita semakin marah dan kita mulai memakinya – mungkin akan keluar kata ‘tolol, ‘goblog’, ‘culas’, atau ‘pengkhianat’ --. Bila dia tetap bertahan, apalagi balas memaki kita, kamu tahu apa yang akan terjadi? Mungkin kita akan memukulnya atau berjalan keluar ruangan dan bersumpah tidak akan lagi berkawan dengannya. Masalah pun menjadi semakin rumit daripada masalah yang sebenarnya.
     Ahmad sudah lama berkawan dengan Ardi. Suatu ketika kaset nasyid yang dipinjam Ardi dari Ahmad rusak. Ahmad yang tidak terima kasetnya rusak marah. Ia mulai mengungkit-ungkit kesalahan Ardi yang lalu dan mencelanya. Ardi jelas tidak terima kesalahannya diungkit-ungkit, ia balas mencela Ardi dengan menyebut juga kesalahan-kesalahan Ahmad. Akhirnya mereka pun bertengkar dengan seru. Pertengkaran itupun merembet ke masalah persahabatan, masing-masing merasa bahwa selama ini adalah yang terjadi di antara mereka adalah kebohongan belaka.
     Maka tidak ada manfaatnya melampiaskan kemarahan. Jauh lebih baik kalau kita mencoba bersikap tenang. Ketika seseorang mendatangi Rasulullah saw. dan meminta nasihat, beliau mengatakan, “jangan marah, jangan marah, jangan marah.” Nasihat ini beliau sampaikan karena yang bertanya adalah orang yang mudah marah.
     Dalam hadits lain Rasulullah saw. menyebutkan bahwa marah itu diciptakan oleh syetan, maka marah itu harus ditundukkan. Beliau juga memuji orang-orang yang sanggup menahan amarah.

“Orang yang kuat bukanlah menang dalam bergulat, tetapi yang mampu menahan dirinya ketika sedang marah.”(HR. Muttafaq ‘alaih).

     Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk tidak meredam si api kemarahan. Tempatkanlah kesalahan orang lain sesuai dengan ‘kesalahannya’. Jangan menghubung-hubungkan kesalahannya dengan kesalahan lain yang pernah ia lakukan. Apalagi kalau dulu ia sudah minta maaf dan menyatakan penyesalannya. Mencampurkan kesalahan yang lain untuk satu ‘kasus’ baru membuat akal kita menjadi ‘hakim’ yang kejam.
     Mengingat-ingat kesalahan atau kejelekan orang yang berbuat salah jelas tidak baik. Kalau itu kita lakukan itu pada saat diri kita sedang marah, berarti kita sedang menyiapkan genangan bensin yang akan kita ‘sambar’ dengan api kemarahan kita. Jauh lebih baik kalau kita berpikir positif, husnudzan, padanya. Misalkan kaset kita rusak setelah dipinjam oleh kawan, atau baju kesayangan kita rusak setelah dicuci oleh ibu kita, segera tanamkan pikiran, “Mereka pasti tidak pernah punya niat atau menyengaja merusak barang kesayanganku.” Kamu pun akan selamat dari amukan api kemarahan.
     Cari alasan-alasan positif saat suasana kemarahan mulai kita rasakan. Ketika ada ucapan yang menyinggung perasaan kita segera pikirkan; mungkin tidak disengaja, mungkin mereka lupa, mereka mungkin tidak tahu ucapan itu menyakiti saya,  mungkin mereka juga sedang ada masalah. Dengan mencari-cari alasan positif kita akan terhindar dari kemarahan.
     Daripada memikirkan kejelekan orang lain – termasuk orang tua --, apalagi yang pernah mereka lakukan pada kita, lebih baik pikirkan kebaikan-kebaikan mereka. Mungkin ortu kita cerewet, tapi mereka sangat perhatian pada kita. Saat kita sakit mereka sibuk menjaga kita, membuatkan makanan yang enak, dan mengantarkan kita ke dokter. Memang kawan sebangku kitalah yang mematahkan pulpen kesayangan kita, tapi ia sudah minta maaf, ia juga pernah menyalinkan tugas-tugas sekolah saat kita sakit, dan ia juga selalu memberikan nasihat yang positif buat kita. Kita akan selamat.
     Tanamkan keyakinan kuat-kuat bahwa Allah tidak suka pada hambaNya yang pemarah. Marah itu datang dari syetan, dengan marah justru kita diperbudak oleh syetan. Padahal syetan itu adalah musuh yang nyata yang harus kita taklukkan.

“Marah itu dari syetan dan syetan itu terbuat dari api, sedangkan air itu memadamkan api. Maka barangsiapa yang sedang marah hendaknya ia berwudlu,”(HR. Ahmad).

     Jadi, jangan lemparkan api ke dalam genangan bensin. Carilah air. Redam kemarahanmu, maka kamu akan selamat dan dimuliakan Allah.

“Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat melampiaskannya, maka kelak pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di depan seluruh mahluk, kemudian disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya.”(HR. Abu Daud, Tirmidzi).š

0 Response to "ikuti Kata Hatimu?"

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code