Pengunjung

Jangan Terjebak Hukum Opini

Diposkan oleh Unknown On 14.46

Jangan Terjebak Hukum Opini



            Percaya atau tidak, banyak orang yang bertingkah laku karena omongan orang lain. Anang keranjingan mengoleksi pin up pemain sepakbola karena teman-temannya juga hobi main dan menonton pertandingan sepakbola. Ani semangat melakukan diet karena teman-temannya di sekolah sering membahas tentang bentuk badan yang ideal untuk wanita, juga karena majalah-majalah remaja putri hanya menampilkan model wanita yang bertubuh ramping. Remaja putri dan putra merayakan Valentine’s Day karena melihat banyak tulisan di majalah, atau acara di televisi yang membahas perayaan ‘hari kasih sayang ini’. Ibu-ibu memilih deterjen untuk mencuci pakaian setelah mendengar iklan atau dari omongan sesama ibu-ibu.
            Ketika suatu hal sering diberitakan di media massa, diobrolkan oleh banyak orang, maka itu bisa mempengaruhi cara berpikir dan cara orang bersikap. Inilah yang namanya hukum opini. Seperti arus sungai yang menghanyutkan apa saja yang terapung di atasnya. Semakin kuat arusnya, semakin banyak benda yang hanyut. Banyak orang yang mengikuti hukum opini tanpa lagi berpikir panjang dan jernih; apakah itu sesuatu yang benar atau salah. Bolehkah kita sebagai muslim melakukannya, ataukah tidak.
            Seorang pakar komunikasi dari Barat yang bernama Al Dous Huxley dalam bukunya Brave New World, berpendapat kalau kebenaran adalah kebohongan dikalikan 62.000 kali. Artinya, makin sering sebuah kebohongan diulang dan disampaikan – apalagi sampai ribuan kali --, orang bakal percaya kalau itu adalah sesuatu yang benar.
Karena di sinetron-sinetron, iklan, atau film luar negeri banyak ditayangkan wanita berpakaian minim dan pria-wanita yang bergaul bebas, maka banyak orang menganggapnya benar. Juga karena televisi kita sering menayangkan peristiwa peledakkan gedung WTC sambil menyebutkan pelakunya adalah kelompok Islam ‘fundamentalis’, lengkap dengan tayangan orang Timur Tengah memakai sorban, berjenggot dan menenteng senjata, orang jadi makin takut sekaligus benci pada Islam. Itulah hukum opini.
            Kamu jadi paham kan betapa pentingnya menyeleksi setiap opini yang beredar di tengah-tengah kita. Banyak pakar komunikasi dan pemerhati masalah sosial yang prihatin akan pengaruh buruk aneka informasi yang ditayangkan di media massa baik cetak maupun elektronik. Bahkan selebritis seperti Tom Cruise dan Steven Spielberg membatasi jam menonton untuk anak-anak mereka. Spielberg bahkan sampai melarang sama sekali anaknya menonton berita di televisi. Nah, kalau orang seperti mereka prihatin dan selektif terhadap informasi yang berasal dari media massa, bagaimana dengan kita remaja muslim, harusnya lebih selektif, kan?
            Memang mengikuti hukum opini itu sangat menggoda. Kita ingin tampil seperti yang dibicarakan orang, ingin seperti selebritis. Pakai busana minim seperti Britney Spears, cowoknya beranting sebelah, tampil ala rapper seperti Usher atau Puff Daddy, atau mungkin tampil maskulin dan keren ala Pierce Brosnan si pemeran James Bond. Sepintas semuanya keliatan asyik-asyik aja untuk diikuti. Itu bisa membuat kita memaksakan diri untuk tampil seperti apa yang dibicarakan banyak orang, dan berpikir seperti yang ada di media massa.
            Tidak ada kerugian kalau kamu tidak mengikuti hukum opini. Paling-paling, kamu akan dicap sebagai orang ‘aneh’. Tahun 80-an kalau ada anak perempuan yang berkerudung apalagi berjilbab itu sudah cukup untuk dianggap aneh karena waktu itu perempuan berkerudung masing jarang kecuali di pesantren. Begitupula kalau ada remaja yang tidak berpacaran karena takut berbuat maksiat, juga dianggap aneh dan ‘tidak mungkin’. Kalau remaja nggak funky, anak cowok yang tidak beranting dan anti ato, dia bisa dianggap nggak normal. Banyak lagi perilaku yang dianggap aneh karena melawan hukum opini.
            Tapi sadarilah kalau kebenaran itu tidak datang dari suara terbanyak dan dari apa yang dibicarakan banyak orang. Gagasan manusia terbang pada masa lampau dianggap aneh, tapi kemudian Wright bersaudara mampu mewujudkannya dengan menciptakan pesawat terbang. Bertani tanpa tanah dulu dianggap mustahil, tapi kini orang mengenal hidroponik, bercocok tanam dengan media air. Mendapatkan semangka berbentuk kotak dianggap ‘gila’, tapi para petani di Jepang sudah membuktikannya. Masih banyak lagi gagasan besar di dunia ini yang semula dianggap aneh oleh banyak orang.
Kebenaran sejati jelas datangnya dari Allah SWT., dari agama kita, walaupun hanya sedikit orang yang menyuarakannya. Nabi kita, Muhammad saw. berjuang melawan hukum opini jahiliyyah di seluruh dunia. Dan beliau memulai itu hanya dengan dukungan sedikit orang yang menjadi sahabatnya. Beliau, misalkan, melawan hukum opini bahwa punya anak perempuan itu adalah aib, dan mereka boleh dibunuh. Tapi beliau malah memuliakan wanita. Beliau juga membawa ajaran Islam yang menentang paham kesukuan dan kebangsaan. Nabi Muhammad juga menentang penyembahan terhadap berhala dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT.
Coba, andaikan beliau tidak pernah melawan hukum opini, dan takut dicap aneh, pastinya kita tidak akan pernah mendapatkan agama Islam yang mulia ini. Maka, jangan takut melawan hukum opini, dan jangan takut dicap aneh. Apalagi jika kita berada di pihak yang benar, berpegang teguh pada agama Islam. Inilah  yang telah diwanti-wanti oleh Rasulullah saw. kepada kita umatnya. Sabda beliau:

“Islam itu datang sebagai perkara yang asing/aneh, dan akan kembali dianggap asing/aneh seperti awal kemunculannya. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang dianggap aneh.”(HR. Muslim).

Jika teman-temanmu, atau orang lain melakukan sesuatu, nggak mesti kamu mengikutinya, khususnya kalau itu adalah perbuatan yang merugikan diri sendiri apalagi diharamkan agama. Nggak usah pusing memikirkan ‘hukum opini’ yang ada di sekitarmu, karena kita sudah punya hukum lain, yang benar, dan lebih baik, yaitu hukum Allah. Percayalah, dunia akan berubah menjadi lebih beradab dan manusiawi kalau kita mengopinikan Islam sebagai sistem hidup yang asyik dan sempurna.š

0 Response to "Jangan Terjebak Hukum Opini"

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code