Keanekaragaman Hayati
1. Tujuan pembelajaran konsep keanekaragaman hayati dalam GBPP Biologi SMU Kelas I adalah agar siswa memahami cara-cara mempelajari keanekaragaman hayati dengan pendekatan klasifikasi dan mengenal manfaat pengetahuan keanekaragaman tersebut.
2. Keanekaragaman hayati menunjukkan totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem yang dijumpai di suatu daerah.
Keanekaragaman hayati menyatakan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat lain yang terlihat pada tingkat yang berbeda-beda.
Keanekaragaman hayati meliputi berbagai macam aspek seperti ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, dan tingkah laku makhluk hidup yang selanjutnya akan menyusun suatu ekosistem tertentu.
Keanekaragaman hayati tidak hanya terjadi antarjenis tetapi juga di dalam satu jenis organisme. Keanekaragaman antarjenis misalnya antara bawang merah dengan bawang putih, sedangkan keanekaragaman dalam satu jenis misalnya antara varietas padi, padi Jawa, padi Cianjur dan lain-lain.
Keanekaragaman hayati menyatakan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat lain yang terlihat pada tingkat yang berbeda-beda.
Keanekaragaman hayati meliputi berbagai macam aspek seperti ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, dan tingkah laku makhluk hidup yang selanjutnya akan menyusun suatu ekosistem tertentu.
Keanekaragaman hayati tidak hanya terjadi antarjenis tetapi juga di dalam satu jenis organisme. Keanekaragaman antarjenis misalnya antara bawang merah dengan bawang putih, sedangkan keanekaragaman dalam satu jenis misalnya antara varietas padi, padi Jawa, padi Cianjur dan lain-lain.
3. Dalam proses belajar-mengajar terdapatnya berbagai macam variasi, guru dapat menugaskan siswa mencari informasi dari pustaka, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru menggunakan metode diskusi yang dilengkapi dengan gambar atau media lainnya.
4. Keanekaragaman hayati dipelajari untuk digunakan dan dilestarikan dengan cara klasifikasi.
Dengan mengetahui ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, perilaku maupun ciri-ciri lainnya akan dapat diketahui peranan dan manfaat setiap jenis makhluk hidup baik di dalam ekosistemnya maupun untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Dengan mengetahui peranan dan manfaat keanekaragaman hayati untuk ekosistem maupun untuk manusia maka keanekaragaman hayati itu perlu dilestarikan, dilakukan melalui konservasi in-situ maupun konservasi eks-situ.
Pada konservasi in-situ, keanekaragaman hayati dilestarikan diekosistemnya yang asli sehingga ekosistem tersebut dilindungi secara hukum (cagar alam, taman nasional, dan sebagainya).
Konservasi eks-situ dilakukan dengan cara menanam tumbuhan atau hewan di tempat bukan habibat asli tetapi memiliki ekosistem yang mirip.
Dengan mengetahui ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, perilaku maupun ciri-ciri lainnya akan dapat diketahui peranan dan manfaat setiap jenis makhluk hidup baik di dalam ekosistemnya maupun untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Dengan mengetahui peranan dan manfaat keanekaragaman hayati untuk ekosistem maupun untuk manusia maka keanekaragaman hayati itu perlu dilestarikan, dilakukan melalui konservasi in-situ maupun konservasi eks-situ.
Pada konservasi in-situ, keanekaragaman hayati dilestarikan diekosistemnya yang asli sehingga ekosistem tersebut dilindungi secara hukum (cagar alam, taman nasional, dan sebagainya).
Konservasi eks-situ dilakukan dengan cara menanam tumbuhan atau hewan di tempat bukan habibat asli tetapi memiliki ekosistem yang mirip.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, perilaku atau ciri-ciri lainnya dari suatu flora dan fauna, langkah pertama dilakukan identifikasi yaitu menentukan nama ilmiah dan kelompok sesuai dengan Kode Tatanama Internasonal.
6. Identifikasi merupakan kegiatan utama klasifikasi atau taksonomi, dengan klasifikasi dan taksonomi keanekaragaman hayati makhluk hidup dapat dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah dan utuh.
7. Klasifikasi makhluk hidup dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu sistem buatan (artifisial), sistem alam dan sistem filogenetik. Sistem buatan yaitu pengelompokkan yang didasarkan/dilakukan lebih banyak bersifat buatan, misalnya berdasarkan ciri-ciri morfologi atau habitatnya, tetapi penggunaan ciri-ciri alami masih terbatas sehingga kelompok-kelompok yang dihasilkan juga terbatas.
Contoh:· Klasifikasi oleh Aristoteles mengelompokkan tumbuhan berdasarkan habitat dan perawakannya 4 kelompok = gulma atau liana, semak, perdu, dan pohon.
· Klasifikasi oleh C. Linnaeus mengelompokkan tumbuhan menurut jumlah benang sari; monandrie (benang sari), diandrie (2 benang sari) dan seterusnya.
Sistem alam menghendaki terbentuknya takson-takson yang alami, takson yang terbentuk mencakup anggota-anggota yang sewajarnya dikehendaki alam. Dasar yang digunakan adalah banyak sedikitnya persamaan sifat/ciri morfologi, selanjutnya sifat anatomi, fisiologi atau sifat-sifat lainnya. Sistem filogenetik (pertengahan abad 19), selain menunjukkan persamaan-persamaan ciri-ciri morfologi, anatomi atau sifat-sifat lain (seperti pada sistem alam). Klasifikasi juga mencerminkan perkembangan (dari sederhana ke yang lebih maju) serta jauh dekatnya hubungan kekerabatan antartakson.8. Pada dasarnya klasifikasi dapat menggunakan dasar/kriteria yang berbeda apa saja tergantung tujuannya. Hal semacam ini banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, maupun oleh para ahli.
0 Response to "Keanekaragaman Hayati"
Posting Komentar