Allah SWT Maha Tahu
Allah adalah Dzat Maha Tahu. Allah sendiri yang menjelaskan kepada kita bahwa Dia mengetahui segala sesuatu, tidak ada satupun yang luput dari pengetahuan-Nya.
"Dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu” (Qs. al-Baqarah [2]: 29)
“Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui tentang apa yang ada dalam dada” (Qs. al-Anfal [8]: 43)
“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas apa yang mereka perbuat” (Qs. Yunus [10]: 36)
“Dan sungguh pada kalian ada para penjaga (malaikat) yang mulia dan menulis amal. Mereka mengetahui apapun yang kalian lakukan” (Qs. al-Infithar [82]: 11)
Ayat-ayat diatas secara pasti menerangkan bahwa Allah SWT Tahu atas seluruh perbuatan manusia. Manusia tidak akan dapat menghindar dan memungkiri apa yang diperbuatnya didunia. Lebih dari itu, manusia alam menjadi saksi atas dirinya sendiri.
“Pada hari ini kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”(Qs. Yasin [36]: 65)
Berdasarkan hal ini, satu-satunya jalan keselamatan adalah senantiasa terikat dengan hukum Allah yang telah Dia tetapkan. Bila demikian kerugian bukan ditanggung oleh orang lain, melainkan oleh diri sendiri.
“Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orag lain. Jika orang yang berat (oleh dosanya) menyeru, supaya diringankan pikulannya, niscaya tiadalah orang yang mau memikulnya sedikitpun, meskipun karibnya sendiri” (Qs. Fatir [35]: 18)
Perintah Allah SWT untuk Terikat dengan Hukum-Nya
Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an menegaskan hal ini. Misalkan:
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (Qs. an-Nisa’ [4]: 65)
“Apa yang diberikan Rosul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya” (Qs. aL-Hasyr [59]: 7)
Suatu ketika Abu Najih AL ‘Irbadi bin Sariyah menuturkan tentang Nabi. Rosulullah SAW, tutur beliau, telah memberikan suatu nasehat kepada kami dimana nasihat itu mampu untuk menggetarkan hati dan mencucurkan air mata, kemudia kami berkata: “Wahai Rosululallah, nasihat itu seakan-akan suatu nasihat yang disampaikan kepada orang yang akan ditinggalkan . karenanya berilah kami wasiyat.” Beliapun bersabda:
“Saya berwasiyat kepada kamu sekalian agar selalu taqwa kepada Allah serta selalu mendengar dan taat walaupun yang memimpin kamu adalah seorang budak dari ethopia. Dan sesungguhnya siapa saja diantara kamu sekalian yang dilanjutkan usianya niscaya mereka akan melihat banyak perselisihan. Oleh karena itu, kamu sekalian harus berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah kuat-kuat dengan gigi gerahammu (peganglah teguh-teguh sunnahku itu), dan janganlah kamu sekalian mengada-ada dalam urusan agama karena sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah sesat” [HR. Abu Daud dan Tirmidzi]
Jadi Islam telah menetapkan bagi manusia suatu tolok ukur untuk menilai segala sesuatu, sehingga dapat diketahui mana perbuatan yang terpuji (baik) yang harus segera dilaksanakan dan mana perbuatan tercela (buruk) yang harus segera ditinggalkan. Tolak ukur ini, sekali lagi, adalah hukum syara’ yakni aturan-aturan Allah SWT yang dibawa Rosulullah SAW dan bukan akal dan hawa nafsu manusia. Sehingga apabila syara’ menilai perbuatan tersebut itu baik, maka baiklah perbuatan itu baik, begitu juga sebaliknya.
Dengan demikian, manusia akan dapat menjalani kehidupan dimuka bumi ini dengan berada diatas jalan yang lurus (benar), jalan yang akan mendatangkan kebahagiaan, kedamaian dan ketentraman. Hal yang wajar sebab mereka berjalan diatas ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah menciptakan dan mengatur mereka dan mengetahui secara pasti mana yang baik dan buruk bagi manusia. Sebaliknya, jika manusia menjadikan akal dan hawanya untuk menentukan mana yang baik dan yang buruk, atau dengan kata lain mereka membuat aturan yang bertentangan dengan aturan yang diturunkan Allah SWT sehingga mereka berjalan diatas jalan yang salah, maka yang akan didapatkannnya hanyalah kesengsaraan, kekacauan, kerusakan, kegelisahan dan berbagai bencana yang silih berganti. Allah SWT berfirman:
“Telah tampak kerusakan didart dan dilaut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).” (Qs. Ar-Ruum [30]: 41)
Dalam terikat dengan hukum syara’ ini tidak layak ditunda-tunda. Rosulullah SAW bersabda:
“Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dmana ada seorang pada waktu pagi beriman tapi apda waktu sore ia kafir; pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia kafir; ia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia” [HR. Muslim]
Bila hadits ini kita renungkan, rasanya dewasa ini hampir atau bahkan telah terjadi. Betapa banyak godaan, halangan, dan tantangan yang menghadang didepan orang yang akan melakukan kebaikan. Sebaliknya, betapa banyak dorongan dan kemudahan untuk melakukan kemaksiatan.
Khatimah
Berdasarkan pemaparan diatas jelaslah bahwa manusia itu lemah dan terbatas. Seluruh perbuatannya akan dihisab oleh Allah Dzat Maha Cepat Hisab-Nya, sementara Allah SWT Maha Tahu atas seluruh perbuatan manusia termasuk isi hatinya, malaikatpun mengawasinya, Dia pun memerintahkan untuk selalu terikat dengan hukum-hukum-Nya. Semua ini meniscayakan orang yang takut akan hari kiamat untuk selalu terikat pada hukum Allah. Untuk itu perlu memahami bagaimana hukum Allah mengatur kehidupan dia didunia. Caranya tidak lain, kecuali dengan kita mengkaji Islam dengan istiqomah. Karenanya, setiap muslim yang ingin berbahagia akan selalu berupaya untuk mendalami Islam dan menerapkannya.
Sumber: Menjadi Pembela Islam, MR Kurnia
0 Response to "Allah SWT Maha Tahu"
Posting Komentar