Pengunjung

Berbuat Taat Untuk Meraih Kebahagiaan

Diposkan oleh Unknown On 17.49

Berbuat Taat Untuk Meraih Kebahagiaan

Manusia mau tidak mau harus terikat dengan hukum syara’ bila ingin bahagia dunia dan akherat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perspektif: Kelemahan dan keterbatasan manusia, Allah SWT akan menghisab manusia, Allah Maha Tahu atas segala sesuatu, dan perintah Allah SWT sendiri untuk terikat dengan hukum-hukum-Nya.

Penjelasannya akan saya paparkan dalam bab-bab dibawah ini.

Manusia itu Lemah dan Terbatas


Manusia itu lemah dan serba terbatas. Baik dalam perkara yang dapat diindra maupun yang ghaib. Setiap orang tahu bahwa jantungnya itu senantiasa berdetak. Tahukah ia berapa kali jantungnya itu berdetak pada menit pertama, menit kedua dan seterusnya? Berapa banyak rambut yang ada dikepalanya? Berapa banyak sejak ia baligh sampai sekarang rambutnya yang rontok? Berapa banyak air yang telah ia konsumsi selama hidup? Pada tgl 12 April jam 8.00 AM ia sedang melakukan apa? Berapa banyak butir pasir dalam satu ember plastik? Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang sulit atau bahkan tidak mampu dijawabnya. Kalaupun dijawab, hanyalah berupa kira-kira, bukan secara pasti. Ini baru menyangkut perkara sederhana yang dapat diindra. Manusia memang lemah dan terbatas

Dalam perkara materiil yang lebih kompleks manusia pun kesulitan untuk menjawabnya. Mengapa manusia memiliki rasa kasiahan sekaligus arogan? Mengapa manusia memiliki rasa sayang dan sekaligus rasa benci? Mengapa manusia memiliki rasa ingin memiliki? Mengapa ada dorongan untuk berkeluarga? Mengapa memiliki rasa takut? Apa hubungan karakter-karakter yang terdapat pada semua manusia itu dengan oksigen, karbon dioksida, air, nitrogen, sulfur, besi dan unsur-unsur yang ada dalam tubuh manusia? Manusia tak dapat menjawabnya, hanyalah bersifat dugaan, tidak bersifat tepat dan pasti. Memang, manusia itu lemah dan terbatas!

Apalagi dalam perkara ghaib. Bagaimana sebenarnya jin itu? Siapakah malaikat itu? Apa ‘arsy itu? Apakah bunga bank itu baik atau buruk? Apakah berdusta itu benar ataukah salah? Apakah nikah itu baik atau buruk? Apakah perang itu baik atau buruk? Dan seribu satu macam pertanyaan yang lain. Dengan semata mengandalkan akalnya, manusia tidak mampu menjawabnya. Andaikan memaksakan diri untuk menjawabnya, jawabannya itu akan saling berbeda antar satu orang dengan orang lain. Bahkan sering bertentangan. Antar generasipun dapat berbeda sikapnya. Akhirnya, kebenaran menjadi relatif tergantung masa dan tempat. Minuman keras disebut baik pada suatu massa namun buruk pada massa yang lain. Menjadi WTS dipandang buruk dalam suatu keadaan namun disebut baik pada saat terdesak ekonomi, misalnya. Ide tentang penyama dudukkan semua agama dipandang tepat bagi manusia modern, namun tidak demikian untuk manusia masyarakat tardisional. Demikianlah perbedaan dan pertentangan antara sesama manusia. Padahal topik yang menjadi bahasan hanya itu-itu juga. Bahkan seseorang seringkali memiliki pemikiran dan pendapat yang berbeda untuk persoalan yang sama pada saat yang berbeda. Itulah realitas manusia. Tegaslah, manusia itu serba lemah lagi serba kurang dan terbatas. Bila dalam persoalan demikian manusia itu lemah dan kurang, apatah lagi dalam hal menentukan kebaikan-kebaikan dunia akherat bagi ummat manusia.

Persoalan ini bagi seorang muslim bukan semata didasarkan pada realitas yang dilihatnya. Dia meyakini betul firman Allah SWT dalam al-Qur’an yang memberitahukan bahwa pengetahuan manusia itu amatlah terbatas. “Dan tidaklah kalian Aku beri ilmu melainkan sedikit,” begitu makna firman-Nya dalam surat al-Isra [17] ayat 85. Lebih dari itu, Allah SWT Pencipta Manusia menggambarkan ciptaanya itu dengan menyatakan: “Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh” (Qs. al-Azhab [33]: 72). Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan bila manusia itu sering kali menyangka sesuatu itu baik padahal buruk, dan menyangka sesuatu yang buruk sebagai baik. Berkaitan dengan perkara ini Allah SWT memberitahukan:

“Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.
Boleh jadi pula kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kalian tidak mengetahui” (Qs. al-Baqarah [2]: 216).

Berdasarkan realitas kelemahan dan keserbakurangan manusia ini maka menyerahkan pengaturan kehidupan kepada hukum dan peraturan yang diproduksi oleh hanya akal manusia hanya akan mendatangkan kerusakan.

0 Response to "Berbuat Taat Untuk Meraih Kebahagiaan"

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code