Hisab dari Allah SWT
Setelah Allah SWT mengutus rasul-Nya, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh amal perbuatan yang dilakukannya didunia. Artinya Allah SWT akan mengazab siapa saja yang tidak mau mengikuti aturan yang dibawa rasul tersebut. Firman Allah SWT:
“(Dan) Kami tidak akan mengazab (suatu kaum) sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Qs. al-Isra’ [17]: 15)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT memberikan jaminan kepada hamba-Nya; bahwa tidak akan diazab seorang manusia (yang diciptakan-Nya) atas perbuatan yang dilakukannya sebelum diutus seorang rasul kepada mereka. Jadi, mereka tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang mereka lakukan sebelum rasul diutus, karena mereka tidak terbebani oleh satu hukum pun. Namun, tatkala Allah SWT telah mengutus seorang rasul kepada mereka, maka terikatlah mereka dengan risalah yang dibawa oleh rasul tersebut dan tidak ada alasan lagi untuk tidak mengikatkan diri terhadap hukum-hukum yang telah dibawa oleh rasul tersebut. Allah SWT berfirman:
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan lagi bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul itu.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 165)
Dengan demikian, siapapun yang tidak beriman kepada rasul tersebut, pasti akan diminta pertanggungjawaban dihadapkan Allah kelak tentang ketidak-imanannya dan ketidak-terikatannya terhadapa hukum-hukum yang dibawa rasul tersebut. Begitu pula bagi yang beriman kepada rasul, serta mengikatkan diri pada hukum yang dibawannya, ia pun akan diminta pertanggungjawaban tentang penyelewengan terhadap salah satu hukum dari hukum-hukum yang dibawa rasul tersebut.
Atas dasar hal ini, maka setiap muslim diperintahkan melakukan amal perbuatannya sesuai dengan hukum-hukum Islam, karena wajib atas mereka untuk menyesuaikan amal perbuatannya dengan segala perintah dan larangan Allah SWT yang telah dibawa Rasulullah saw. Allah SWT berfirman:
“…Apa saja yang dibawa/diperintahkan oleh rasul (berupa hukum) kepadamu maka terimalah dia. Dan apa saja yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…” (Qs. al-Hasyr [59]: 7)
Banyak sekali nash-nash yang menjelaskan tentang permintaan tanggung jawab ini. Diantaranya:
“Ingatlah, hukum itu milik-Nya. Dia penghisab yang paling cepat.” (Qs. al-An’am [6]: 62)
“Dan jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan (hasibin).” (Qs. al-Anbiya [21]: 47)
”Dan siapa saja ingkar terhadap ayat-ayat Allah, ingatlah sungguh Allah itu cepat hisabnya.” (Qs. al-Imran [3]: 19)
“Dan jika kalian menampakkan apa-apa yang ada pada jiwa kalian, atau menyembunyikannya niscaya Allah akan menghisab kalian.” (Qs. al-Baqarah [2]: 284)
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan dihisab dengan hisab mudah.” (Qs. al-Insyiqaq [84]: 7 – 8)
Jelas sekali, Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban manusia. Seluruh perbuatan manusia akan ditanyain oleh-Nya. Apakah sesuai dengan aturan-Nya ataukah tidak. Oleh karena itu seorang muslim yang sadar akan tidak mampu menahan siksa Allah SWT yang dahsyat akan terus berupaya mentaati aturan-Nya. Penghisab itu adalah Allah SWT, bukan manusia. Oleh karena itu, bagaimana mungkin aturan kehidupan itu diatur oleh manusia padahal yang akan meminta pertanggungjawaban bukanlah manusia, melainkan Allah SWT. Jadi, tolok ukur perbuatan itu adalah hukum-hukum Allah itu sendiri yang terdapat di dalam Alqur’an, hadits Nabi, dan apa yang ditunjuk keduanya.
0 Response to "Hisab dari Allah SWT"
Posting Komentar