BUKAN CUMA SALAH REMAJA
Allah memang suka pada orang yang bertobat.
Tapi apa perlu kita nunggu remaja bertobat? Bukannya lebih baik mencegah
kenakalan daripada nunggu tobatnya mereka? Kenapa juga mereka jadi nakal?
Tiba-tiba seorang pembunuh
yang sudah menghilangkan 99 nyawa orang merasa berdosa. Ia ingin bertobat.
Kembali pada Allah. Maka dengan membawa kegelisahan hatinya ia mendatangi
seorang pendeta. Di hadapan sang pendeta ia bertanya, ”Apakah ada jalan bagiku
untuk bertobat?
”Tidak ada!” jawab sang
pendeta. Si pembunuh kecewa. Ia pun menggenapkan korbannya menjadi seratus
dengan membunuh sang pendeta. Tapi hatinya makin resah. Ia ingin kembali ke
jalan yang Allah. Maka ia mendatangi seorang alim, bertanya adakah jalan untuk
bertobat.
”Ya, ada. Siapakah yang bisa
menghalangimu untuk bertobat?” jawab sang alim dengan bijak. ”Pergilah ke
sebuah dusun karena di sana banyak orang yang menaati Allah, dan berbuatlah
sebagaimana perbuatan mereka. Janganlah engkau kembali ke negerimu karena di
sana tempat para pendosa,” orang alim itu memberikan petunjuk.
Pergilah sang pembunuh ke arah
yang ditunjuk orang alim itu. Namun di tengah perjalanan ajal menjemput. Malaikat
rahmat dan malaikat siksa yang datang berebut ruhnya. Mereka pun bertengkar.
Kemudian Allah mengutus seorang malaikatyang berwujud manusia.ia menyuruh kedua
malaikat itu untuk mengukur jarak perjalanan sang pembunuh. Ternyata ia
sejengkal lebih dekat pada dusun orang-orang yang saleh. Maka malaikat rahmat pun
membawa ruhnya.
Guys, Allah itu Maha
Pengampun, ia mengampuni siapa saja yang pernah berbuat salah. Sebesar apapun
kesalahannya. Asalkan ia mau bertobat. Pastinya tobatnya yang dijalanin adalah taubat nasuha. Bertaubat dan berjanji
nggak bakal lagi ngerjain perbuatan dosa itu. Dalam satu hadits Rasulullah
bersabda:
”Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat seorang hambaNya, melebihi
dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang
hilang di tengah hutan.”
(HR. Bukhari & Muslim).
Maka Allah Maha Pengampun, apa
perlu kita berbuat dosa yang banyak lalu berbuat tobat? Gimana juga kalau umur
kita nggak sampai. Nah, itulah sebabnya mencegah lebih baik daripada bertobat.
Kenapa Remaja Tersesat?
Ada asap, berarti ada api.
Nggak mungkinlah remaja berbuat salah kalau nggak ada sebab. Eh, sebenarnya lebih
penting buat kita untuk mencari tahu sebab-sebab kesalahan daripada
menyelesaikan kesalahan. Dimana-mana, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Bertobat itu bagus en kudu, tapi mencegah perbuatan keji jauh lebih hebat.
Ada dua sebab kenapa banyak
remaja berbuat yang nggak-nggak.
Pertama,
NGGAK PAHAM. Kata ulama, ”Al ilmu nurun wal jahlu dzulmun (ilmu itu
cahaya dan kebodohan itu adalah kegelapan)”. Nasehat ini bener banget.
Banyak orang berbuat salah karena nggak paham bahwa itu terlarang. Pacaan,
tawuran, ng-junkies, dll. adalah karena nggak paham bahwa yang namanya haram
itu bikin susah hidup kita.
Solusinya cuma satu, gimana
bikin remaja yang nggak paham jadi paham. Nah itu berarti butuh pendidikan
agama yang memadai dan dakwah yang gencar. Sedihnya, di Indonesia yang 80
persen penduduknya beragama Islam, pendidikan Islam itu minim banget. Kelewat
kurang. Udahlah Cuma 2 jam per minggu, monoton pula bah!
Untuk yang satu ini, remaja
muslim berhak menuntut pemerintah untuk mengadakan pendidikan agama yang cukup.
Pasalnya, mendapatkan pendidikan agama adalah hak dan kewajiban setiap muslim.
Lha, kalau ternyata masih kurang itu berarti salah urus.
Supaya masalah kayak gini
nggak berlarut-larut, para ulama dan cendekiawan muslim kudu berikhtiar
ngerombak sistem pendidikan yang ada. Selain itu, remaja sendiri sekarang ini
kudu pinter-pinter mencari tambahan ilmu agama. Biar nggak salah gaul.
Kedua,
MEMANG BOLEH. Ini nggak
salah ketik. Di negeri yang dasar negaranyya sekulerisme dan aturannya
kapitalisme-liberalisme, berbuat apa saja memang boleh. Maklumlah Indonesia kan
termasuk penganut aliran ideologi itu walaupun masih malu-malu. So, apapun yang
dikerjakan remaja di tanah air ini emang boleh, en malah dilestarikan.
Kagak percaya? Tengok aja
peredaran miras yang diatur oleh undang-undang, tapi pembelinya nggak dibatasi.
Jadi nggak heran banyak remaja (yang kurang imannya) kepincut nyekek botol. Entah
karena ikut-ikutan, doyan atupun pelarian. Soal pornografi dan pornoaksi juga
beredar luas di sini. Sebuah penelitian menyebutkan kalau Indonesia memang
menempati urutan kedua setelah Rusia sebagai surga pornografi.
Nakalnya bahkan jahatnya
remaja emang bukan salah mereka sendiri. Lingkungan juga berpengaruh. Termasuk
para decision maker alias petinggi-petinggi
negara ini bakal diminta pertanggungjawabannya kelak. Malah, dibandingkan
dengan remaja sendiri, peran orang tua dan negara jauh lebih penting. Remaja
cuma jadi korban salah asuhan lingkungan dan peraturan.
Remaja nakal bukan cuma bikin
rese sekarang, tapi juga di masa mendatang. Bayangin aja, kalau masih muda aja
udah pinter nebak nomor togel gedenya bisa jadi pengusaha kasino. Kalau masih ijo
udah mata keranjang, dewasanya bisa jadi kolor ijo. Kalau muda udah pinter
ngibulin orang, gedenya bakal jadi politisi busuk. Repot banget.
Kalau umat Islam pengen
remajanya jadi anak-anak yang manis, maka salehkanlah diri sendiri. Kenapa
nggak bikin lingkungan yang islami. Full dengan aturan-aturan Islam dan
dipimpin sama orang yang soleh, cinta Islam. Kalau cuma mengeluh sementara nggak
ada usaha memperbaiki keadaan, itu namanya bunuh diri.
Semoga nggak banyak remaja
yang berbuat seperti pembunuh 99 nyawa di atas. Bikin dosa yang banyak lalu
tobat. Harapan kita semoga semua remaja sejak muda emang udah merintis jalan
Islami menggapai ridlo illahi. Amin.
0 Response to "BUKAN CUMA SALAH REMAJA"
Posting Komentar