Perseteruan
antara Mustafa Kemal dan Khalifah
Sejak
tahun 1920 M, Kemal Pasha telah menjadikan Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya.
Setelah Inggris berhasil menguasai Istambul, Inggris menciptakan kevakuman
politik, dengan menawan banyak pejabat negara, dan menutup kantor-kantor dengan
paksa sehingga bantuan Khalifah dan pemerintahannya mandeg. Instabilitas
terjadi di dalam negeri, sementara opini umum menyudutkan Khalifah dan
sebaliknya memihak kaum nasionalis. Situasi seperti ini dimanfaatkan oleh Kemal
Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional, yang menobatkan dirinya
sebagai ketuanya. Karena itu, pada saat itu ada dua pemerintahan; pemerintahan
Khilafah di Istambul, dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional yang berpusat
di Ankara.
Meski kedudukannya semakin kuat, Kemal Pasha tetap tidak berani membubarkan
Khilafah. Dewan Perwakilan Nasional hanya mengusulkan draft yang
mengatur pemisahan antara Khilafah dengan kesultanan (pemerintahan). Namun,
setelah perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional, draft Kemal
Pasha ini ditolak. Kemal Pasha pun mencari alasan untuk membubarkan Dewan
Perwakilan Nasional ini. Caranya adalah dengan melibatkan Dewan Perwakilan
Nasional ini dalam berbagai kasus pertumpahan darah. Setelah krisis memuncak,
Dewan Perwakilan Nasional ini diusulkan agar mengangkat Kemal Pasha sebagai
ketua Parlemen, yang diharapkan bisa menyelesaikan kondisi kritis tersebut.
Setelah
resmi dipilih menjadi ketua parlemen, Kemal Pasha mengumumkan kebijakannya;
mengubah sistem khilafah dengan republik, yang dipimpin seorang presiden yang
dipilih melalui pemilihan umum. Pada tanggal 29 Oktober 1923 M, Kemal Pasha
dipilih oleh Parlemen menjadi presiden Turki yang pertama. Namun, karena track
record Kemal Pasha yang dikenal buruk di mata kaum Muslim, ambisinya untuk
membubarkan Khilafah Islam ini tidak mulus. Mustafa Kemal Pasha dianggap
murtad, dan rakyat pun mendukung Sultan Abdul Majid, serta berusaha
mengembalikan kekuasaannya. Ancaman ini tidak menyurutkan langkah Kemal Pasha.
Justru sebaliknya, dia melancarkan serangan balik, dengan melakukan penyesatan
politik dan pemikiran, bahwa siapa saja yang menentang sistem republik adalah
pengkhianat bangsa, dan harus dihukum mati. Akhirnya, berbagai teror dilakukan
oleh Kemal Pasha untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Pada saat yang
sama, Khalifah digambarkan sebagai sekutu asing sehingga harus dienyahkan.
Setelah
situasinya kondusif, Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan Perwakilan Nasional,
dengan draft keputusan yang sudah di tangan. Tepat pada tanggal 3 Maret
1924 M, Kemal Pasha mengumumkan pemecatan Khalifah, pembubaran sistem khilafah
dan menjauhkan Islam dari negara. Inilah titik klimaks revolusi kufur yang
dilakukan oleh Kamal Attaturk, la‘natu Allâh ‘alayh.
Kesimpulan
Dari
uraian di atas, bisa disimpulkan, bahwa faktor utama yang menyebabkan
kemunduran dan hancurnya Khilafah Utsmaniah tak lain adalah buruknya pemahaman
keislaman umat Islam dan kesalahan dalam menerapkan Islam pada waktu itu. Dari
kedua faktor inilah, persoalan-persoalan derivat lainnya lahir dan berkembang.
Akhirnya, berbagai konspirasi yang dilakukan oleh negara-negara imperialis
Barat dengan mudah mendapatkan tempat. Inilah yang juga menjadi pintu masuknya
orang-orang non-Muslim, termasuk mata-mata asing, di dalam negeri, sehingga
gerakan misionaris bergerak dengan leluasa di negeri-negeri Islam, sembari
menyebarkan racun nasionalisme dan patriotisme. Dari sinilah, gerakan-gerakan
nasionalisme dan patriotisme, yang menuntut kemerdekaan negeri mereka, yang notabene
akan menyebabkan wilayah mereka terlepas dari Khilafah Islam itu bermunculan.
Karena faktor yang sama, usaha mulia dan brilian Sultan Abdul Hamid II melalui
Pan-Islamisme-nya pun kandas di tangan para anggota Free Masonry, yang notabena
adalah putra-putri umat Islam.
Lepasnya
wilayah Islam, satu persatu dari negara induk menyebabkan lemahnya kekuasaan
Khilafah Utsmaniah sehingga yang tersisa hanya Turki. Dengan mundurnya taraf
pemikiran politik umat dan penguasa pada saat itu, upaya Inggris, Prancis, dan
Rusia untuk menyeret Khilafah Utsmaniah dalam Perang Dunia I pun tak terbendung.
Kekalahan pihak Jerman-Utsmaniah ini menyebabkan Khilafah Utsmaniah tunduk pada
syarat-syarat yang ditetapkan oleh negara pemenang perang. Akhirnya, tinggal
sekali pukulan telak, institusi yang telah rapuh ini telah cukup untuk
diruntuhkan. Eksekusi itu diserahkan pada Markas Istambul, dengan Mustafa Kemal
Attaturk sebagai eksekutornya.
0 Response to "Perseteruan antara Mustafa Kemal dan Khalifah"
Posting Komentar