Urgensi Al-Qur’an Bagi Kaum Muslimin
Al-Qur’an yang diturunkan Allah SWT secara berangsur-angsur selama 23 tahun telah merubah kehidupan bangsa Arab yang terbelakang, jahiliyah dan ummi menjadi umat yang maju bahkan mampu menaklukkan dua negara adidaya kala itu, yaitu Romawi dan Persia. Membebaskan bangsa-bangsa dari belenggu kezaliman penguasa dan kegelapan kebudayaan mereka. Bangsa yang bermacam-macam itu melebur menjadi satu umat, yakni umat Islam. Bahasa mereka pun menjadi satu yakni bahasa Arab, bahasa al-Qur’an mereka.
Berabad-abad dalam naungan Khilafah Islamiyyah, al-Qur’an menjadi pedoman hidup kaum muslimin, mereka terapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. al-Qur’an juga menjadi bacaan mereka sepanjang masa.
Tak satu pun kitab yang dibaca oleh begitu banyak orang, dihafal huruf demi huruf, dipelajari dan dibicarakan, melebihi al-Qur’an. Al-Qur’an bukan hanya dipelajari isinya, tetapi juga susunan redaksinya, pemilihan kosa katanya, kandungan maknanya yang tersurat dan tersirat hingga pada kesan yang ditimbulkannya. Semua itu dituangkan dalam berjilid-jilid buku yang ditulis oleh banyak ulama. Tidak satu pun bacaan yang diatur tata cara membacanya, panjang-pendeknya, tebal-tipisnya, berhenti tidaknya, lagu dan iramanya, juga etika membacanya seperti halnya al-Qur’an.
Tentang pengaruh bacaan terhadap perubahan masyarakat, terdapat suatu penelitian oleh seorang guru besar Harvard University AS di empat puluh negara untuk mengetahui faktor kemajuan atau kemunduran negara. Hasilnya menunjukkan bahwa salah satu faktor utamanya adalah materi bacaan yang disuguhkan dan dibaca oleh masyarakat.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa kebangkitan bangsa Arab yang pertama kali me- meluk Islam itu sangat dipengaruhi oleh al-Qur’an. Apa rahasianya?
Kemukjizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an memiliki tiga fungsi utama. Pertama, sebagai mukjizat abadi Nabi Muhammad saw. Kedua, sebagai pedoman hidup (minhajul hayah) kaum muslimin. Ketiga, sebagai media ibadah kaum muslimin.
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang dimiliki Rasulullah SAW. Al-Qur’an telah menundukkan bangsa Arab yang pada waktu itu berada di puncak kesusasteraannya. Mereka tidak mampu membuat karya sastera, yang keindahan bahasanya semisal dengan al-Qur’an, apalagi yang melebihinya. Allah SWT telah menantang mereka:
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong- penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar." (QS. Al-Baqarah [2]: 23-24).
Istimewanya, kemukjizatan al-Qur’an itu terus berlaku sepanjang masa meskipun Rasulullah saw yang membawanya telah tiada. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr [15]: 9).
Jika Rasulullah SAW mampu membuktikan kerasulannya dengan al-Qur’an dan generasi pertama kaum muslimin mampu mengalahkan Quraisy dan sekutu-sekutunya dengan al-Qur’an, maka insyaallah kaum muslimin masa kini pun akan mampu memenangkan persaingan global dengan al-Qur’an.
Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup (Minhajul Hayah)
Al-Qur’an menerangkan perjalanan yang telah dan akan dialami oleh manusia. firmanNya:
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan kembali, kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah [2]: 28).
Akhir perjalanan hidup manusia adalah di akhirat kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu, orientasi hidup seorang muslim adalah akhirat. Al-Qur’an sering menekankan pentingnya kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia dan membimbing seorang muslim agar senantiasa mengejar sukses hidup di akhirat tanpa melupakan kehidupan dunia. Firman Allah SWT:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…” (QS. Al-Qashash [28]: 77).
Ayat tersebut memberikan pandangan yang jelas akan cita-cita dan target hidup seorang muslim, yakni mendapatkan posisi terbaik di akhirat tanpa melupakan dan meninggalkan kehidupan dunia, melainkan justru terjun dalam kancah kehidupan dan menikmati berbagai kenikmatan dunia. Hanya saja caranya menikmati dunia tidak seperti orang-orang yang berfikir bahwa kehidupan ini hanya di dunia saja. Mereka sangat rakus tamak dan mencintai dunia dan bermewah-mewah dengan kenikmatan dunia.
Sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia, al-Qur’an telah menjelaskan segalanya --rinci maupun global-- yang diperlukan untuk memecahkan prolematika hidup manusia dari masa ke masa. Dari ayat-ayatnya, ulama mujtahidin menggali hukum untuk menyelesaikan problem-problem baru. Tiada habisnya ayat-ayat al-Qur’an mampu menjawab seluruh tantangan zaman bagaikan sumur zam-zam yang tidak pernah kering airnya.
Ayat-ayat al-Qur’an senantiasa menyinari kehidupan kaum muslimin. Disamping memberikan gambaran yang jelas tentang masa depan hakiki umat manusia, al-Qur’an juga menjelaskan dan memecahkan berbagai persoalan praktis kehidupan manusia di bumi. Berkaitan dengan kehidupan manusia sebagai hamba Allah, al-Qur’an menjelaskan hukum-hukum ibadah seperti do'a, dzikir, shalat, puasa, zakat, dan haji. Bahkan puncak penghambaan kepada Allah yang membutuhkan pengorbanan tertinggi pun telah dijelaskan oleh al-Qur’an ketika memaparkan hukum-hukum berkaitan dengan jihad fi sabilillah. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh..." (QS. At Taubah [9]: 111).
Berkaitan dengan pembentukan sifat-sifat pribadi luhur, al-Qur’an menjelaskan hukum-hukum tentang akhlaqul karimah, seperti jujur dan adil. Allah berfirman :
"...Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa..." (QS. Al-Maidah [5]: 8).
Untuk menjaga kelestarian jenis manusia, al-Qur’an menjelaskan berbagai hukum tentang perkawinan, seperti penyusuan, pengasuhan anak, nafkah, waris, kehidupan perkawinan, perselisihan dalam perkawinan hingga perceraian.
Dalam mengatur kehidupan masyarakat, al-Qur’an menjelaskan hukum-hukum berkaitan dengan sistem pemerintahan. Menurut al-Qur’an, kaum muslimin wajib taat kepada Allah, RasulNya, dan Ulil Amri. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu..." (QS. An-Nisaa' [4]: 59).
Ulil amri yang wajib dita’ati tersebut berkewajiban mengemban amanah melaksanakan pemerintahan dengan menjalankan hukum-hukum Allah yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dan mereka tidak boleh terpengaruh oleh hawa nafsunya sendiri maupun hawa nafsu masyarakat. Firman Allah SWT:
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka..." (QS. Al-Maidah [5]: 49).
Jika terjadi perselisihan antara rakyat dan penguasa kaum muslimin, al-Qur’an menyuruh kedua pihak kembali kepada hakim yang akan menunjukkan jalan keluarnya berdasarkan hukum Allah dan RasulNya. Allah berfirman:
"...Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul-Nya (sunnahnya)..." (QS. An-Nisaa' [4]: 59).
Berkaitan dengan ekonomi, al-Qur’an menjelaskan berbagai hukum seputar kepemilikan, pengelolaan, dan pendistribusian harta. Secara umum semua harta yang ada di langit dan bumi ini diciptakan untuk manusia (QS. Al-Baqarah [2]: 29) halal. Namun ada harta-harta tertentu yang tidak boleh dimiliki misalnya khamr dan babi. Juga ada cara-cara memilki harta tertentu yang dilarang seperti mencuri dan merampok. Dalam mengelola harta, Allah menghalalkan jual beli tetapi mengharamkan riba dan perjudian. Dalam masalah distribusi harta, al-Qur’an mencegah terakumulasinya harta di kalangan orang-orang kaya saja. Allah SWT berfirman :
"...Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu..." (QS. Al-Hasyr [49]: 7).
Dengan demikian, al-Qur’an menjadi petunjuk dan pedoman hidup (minhajul hayat) kaum muslimin dalam menjalankan amal individual maupun sosial, sehingga mereka dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Al-Qur'an Media Ibadah
Faktor terpenting yang menjamin keberlangsungan fungsi al-Qur’an sebagai pedoman hidup kaum muslimin adalah penguasaan mereka terhadap isi kandungan al-Qur’an. Penguasaan dan pemahaman mereka terhadap al-Qur’an dijamin oleh hukum-hukum ibadah yang berkaitan dengan al-Qur’an seperti membaca (tilawah), mempelajari (tadaarus), dan memelihara hafalan (ta'ahud) al-Qur’an.
Jika kaum muslimin hari ini ingin memimpin dunia maka mereka harus menempatkan al-Qur’an pada kedudukan yang sebenarnya yakni sebagai mukjizat teragung Rasulullah SAW, sebagai media ibadah dan sebagai pedoman hidup. Wallahu a'lam
Aktivitas Untuk Mendapatkan Petunjuk dalam Al-Qur’an
Tidak berhenti sampai disini. Setelah mengimani al-Qur’an
sebagai kalamullah, Allah SWT memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Membaca Al-Qur’an
Seorang muslim akan berupaya sekuat tenaga membaca al-Qur’an secara rutin. Ia merasa ada kekurangan dalam dirinya bila dalam satu hari saja tidak membaca al-Qur’an. Bagaimana tidak, al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang berisi surat-surat dariNya. Berisi petunjuk dariNya. Karenanya ia senang membacanya, senantiasa terdorong untuk melatunkannya.
Selain dorongan kuat yang lahir dari keimanannya seperti tadi, seorang muslim meyakini pula bahwa Rasulullah SAW seringkali memerintahkan hal tersebut. al-Qur’an akan menjadi penolong bagi siapa saja yang membacanya. Abu Umamah ra. Menyatakan ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Bacalah al-Qur’an karena sesungguhnya al-Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafaat kepada orang yang membacanya.” [HR. Muslim].
Bahkan dalam riwayat yang lain:
“Orang yang membaca al-Qur’an dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat, kemudian Rasulullah melanjutkan “Orang yang membaca al-Qur’an dan ia merasa susah didalam membacanya tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala” [HR. Bukhari dan Muslim].
Balasan membaca al-Qur’an itu juga berlipat ganda:
“Barang siapa membaca satu huruf dari kitabullah (al-Qur’an) maka ia mendapat satu kebaikan. Setiap kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi].
Jika dibacakan al-Qur’an, mereka akan mendengar dan memperhatikan dengan penuh kesungguhan. Firman Allah SWT:
"Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-A'raaf [7]: 204).
Bila sudah nyata demikian, maka akan merugilah orang-orang yang tetap tidak mau membiasakan membaca al-Qur’an.
2. Memahami Al-Qur’an
Allah SWT menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Oleh karenanya, tidak cukup hanya sekedar dibaca, melainkan juga harus dipelajari untuk dapat dipahami. Bila tidak, seseorang hanya akan menikmati indahnya bacaan tanpa memahami kandungan yang dibaca. Apalagi pemahaman kita tentang al-Qur’an itu masalah persoalan utama dalam hidup kita, yang menentukan apakah masuk surga atau neraka !? Apakah bahagia atau nestapa!?
Lebih dari itu, mempelajari al-Qur’an merupakan perintah dari Allah SWT dan RasulNya. Berkaitan dengan hal ini Nabi SAW bersabda:
“Bila suatu kaum berkumpul pada salah satu rumah-rumah Allah (masjid) dimana mereka membaca dan mempelajari al-Qur’an maka turunlah ketenangan ditengah-tengah mereka, serta mereka selalu diliputi oleh rahmat, dikerumuni oleh malaikat, dan disebut-sebut Allah SWT didepan malaikat yang berada di sisi-Nya.” [HR. Muslim].
Subhanallah. Orang yang membaca dan mempelajari al-Qur’an akan hidup tenang, mendapatkan rahmat Allah, dikerumuni malaikat, dan dipuji-puji oleh Allah SWT Dzat Maha Terpuji. Disamping memberikan harapan baik seperti ini, Allah SWT pun mencela keras mereka yang tidak mempelajari al-Qur’an.
“Maka apakah mereka tidak mengkaji al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci” (QS. Muhammad [47]: 24)
Nyatalah betapa urgennya mempelajari dan memahami al-Qur’an. Saking pentingnya memahami al-Qur’an, semestinya memahami al-Qur’an dijadikan sebagai kebutuhan makan sehari-hari, bahkan lebih dari itu. Makan hanya sekedar mengokohkan tubuh. Sedangkan memahami al-Qur’an merupakan petunjuk arah menuju kebahagiaan hakiki dan abadi!
3. Mengamalkan Al-Qur’an
Seperti telah dipahami, al-Qur’an bukanlah merupakan kumpulan pengetahuan belaka, melainkan merupakan petunjuk hidup. al-Qur’an tidak sekedar dibaca dan dipahami melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW dalam berbagai haditsnya menegaskan bahwa siapapun yang berpegang pada al-Qur’an dan As Sunnah tidak akan tersesat selama-lamanya.
Allah SWT berfirman:
“Dan apa-apa yang diperintahkan oleh Rosul, ambillah! Dan apa-apa yang dilarang olehnya, tinggalkanlah!” (QS. Al-Hasyr [49]: 7).
Jadi setiap ajaran yang ada dalam al-Qur’an mutlak dilakukan. “Kami mendengar dan kami taat” begitu prinsip yang harusnya dipegang oleh seorang muslim. Alangkah ruginya orang yang memahami al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya. Orang seperti itu laksana pohon yang tidak berbuah. Bahkan ilmunya tidak bermanfaat. Allah SWT berfirman:
”Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya (tidak mengamalkan isinya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amat buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 5).
4. Mengajarkan Al-Qur’an
Sabda Rasulullah:
”Sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an.” [HR. Muslim].
Hadits ini menggambarkan perintah untuk mengajarkan al-Qur’an. Tentu saja mengajarkan al-Qur’an mencakup mengajarkan cara membacanya termasuk tajwidnya. Namun, tidak hanya itu. Mengajarkan al-Qur’an juga mengajarkan isi kandungan al-Qur’an. Bagaiaman tidak al-Qur’an itu merupakan wahyu yang diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia, dan pembeda antara yang haq dan yang bathil. Semua perkara itu tidak dapat dicapai hanya dengan pintar membacanya, tetapi perlu juga memahami apa yang dikandungnya.
Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hujjah (hikmah), nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan debat yang terbaik.” (QS. An-Nahl [16]: 125).
Maraji’:
Menjadi Pembela Islam, MR Kurnia, PSKII, 2001
Buletin Al-Ihsan
1. Membaca Al-Qur’an
Seorang muslim akan berupaya sekuat tenaga membaca al-Qur’an secara rutin. Ia merasa ada kekurangan dalam dirinya bila dalam satu hari saja tidak membaca al-Qur’an. Bagaimana tidak, al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang berisi surat-surat dariNya. Berisi petunjuk dariNya. Karenanya ia senang membacanya, senantiasa terdorong untuk melatunkannya.
Selain dorongan kuat yang lahir dari keimanannya seperti tadi, seorang muslim meyakini pula bahwa Rasulullah SAW seringkali memerintahkan hal tersebut. al-Qur’an akan menjadi penolong bagi siapa saja yang membacanya. Abu Umamah ra. Menyatakan ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Bacalah al-Qur’an karena sesungguhnya al-Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafaat kepada orang yang membacanya.” [HR. Muslim].
Bahkan dalam riwayat yang lain:
“Orang yang membaca al-Qur’an dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat, kemudian Rasulullah melanjutkan “Orang yang membaca al-Qur’an dan ia merasa susah didalam membacanya tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala” [HR. Bukhari dan Muslim].
Balasan membaca al-Qur’an itu juga berlipat ganda:
“Barang siapa membaca satu huruf dari kitabullah (al-Qur’an) maka ia mendapat satu kebaikan. Setiap kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi].
Jika dibacakan al-Qur’an, mereka akan mendengar dan memperhatikan dengan penuh kesungguhan. Firman Allah SWT:
"Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-A'raaf [7]: 204).
Bila sudah nyata demikian, maka akan merugilah orang-orang yang tetap tidak mau membiasakan membaca al-Qur’an.
2. Memahami Al-Qur’an
Allah SWT menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Oleh karenanya, tidak cukup hanya sekedar dibaca, melainkan juga harus dipelajari untuk dapat dipahami. Bila tidak, seseorang hanya akan menikmati indahnya bacaan tanpa memahami kandungan yang dibaca. Apalagi pemahaman kita tentang al-Qur’an itu masalah persoalan utama dalam hidup kita, yang menentukan apakah masuk surga atau neraka !? Apakah bahagia atau nestapa!?
Lebih dari itu, mempelajari al-Qur’an merupakan perintah dari Allah SWT dan RasulNya. Berkaitan dengan hal ini Nabi SAW bersabda:
“Bila suatu kaum berkumpul pada salah satu rumah-rumah Allah (masjid) dimana mereka membaca dan mempelajari al-Qur’an maka turunlah ketenangan ditengah-tengah mereka, serta mereka selalu diliputi oleh rahmat, dikerumuni oleh malaikat, dan disebut-sebut Allah SWT didepan malaikat yang berada di sisi-Nya.” [HR. Muslim].
Subhanallah. Orang yang membaca dan mempelajari al-Qur’an akan hidup tenang, mendapatkan rahmat Allah, dikerumuni malaikat, dan dipuji-puji oleh Allah SWT Dzat Maha Terpuji. Disamping memberikan harapan baik seperti ini, Allah SWT pun mencela keras mereka yang tidak mempelajari al-Qur’an.
“Maka apakah mereka tidak mengkaji al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci” (QS. Muhammad [47]: 24)
Nyatalah betapa urgennya mempelajari dan memahami al-Qur’an. Saking pentingnya memahami al-Qur’an, semestinya memahami al-Qur’an dijadikan sebagai kebutuhan makan sehari-hari, bahkan lebih dari itu. Makan hanya sekedar mengokohkan tubuh. Sedangkan memahami al-Qur’an merupakan petunjuk arah menuju kebahagiaan hakiki dan abadi!
3. Mengamalkan Al-Qur’an
Seperti telah dipahami, al-Qur’an bukanlah merupakan kumpulan pengetahuan belaka, melainkan merupakan petunjuk hidup. al-Qur’an tidak sekedar dibaca dan dipahami melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW dalam berbagai haditsnya menegaskan bahwa siapapun yang berpegang pada al-Qur’an dan As Sunnah tidak akan tersesat selama-lamanya.
Allah SWT berfirman:
“Dan apa-apa yang diperintahkan oleh Rosul, ambillah! Dan apa-apa yang dilarang olehnya, tinggalkanlah!” (QS. Al-Hasyr [49]: 7).
Jadi setiap ajaran yang ada dalam al-Qur’an mutlak dilakukan. “Kami mendengar dan kami taat” begitu prinsip yang harusnya dipegang oleh seorang muslim. Alangkah ruginya orang yang memahami al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya. Orang seperti itu laksana pohon yang tidak berbuah. Bahkan ilmunya tidak bermanfaat. Allah SWT berfirman:
”Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya (tidak mengamalkan isinya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amat buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 5).
4. Mengajarkan Al-Qur’an
Sabda Rasulullah:
”Sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an.” [HR. Muslim].
Hadits ini menggambarkan perintah untuk mengajarkan al-Qur’an. Tentu saja mengajarkan al-Qur’an mencakup mengajarkan cara membacanya termasuk tajwidnya. Namun, tidak hanya itu. Mengajarkan al-Qur’an juga mengajarkan isi kandungan al-Qur’an. Bagaiaman tidak al-Qur’an itu merupakan wahyu yang diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia, dan pembeda antara yang haq dan yang bathil. Semua perkara itu tidak dapat dicapai hanya dengan pintar membacanya, tetapi perlu juga memahami apa yang dikandungnya.
Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hujjah (hikmah), nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan debat yang terbaik.” (QS. An-Nahl [16]: 125).
Maraji’:
Menjadi Pembela Islam, MR Kurnia, PSKII, 2001
Buletin Al-Ihsan
0 Response to "Urgensi Al-Qur’an Bagi Kaum Muslimin"
Posting Komentar