Konspirasi
Barat dan Yahudi Menghancurkan Khilafah
Seperti
telah dimaklumi, nasionalisme dan sparatisme yang telah dipropagandakan oleh
negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, dan Rusia sengaja dilakukan untuk
menghancurkan Khilafah Islam. Keberhasilan mereka menggunakan sentimen
kebangsaan dan sparatisme di Serbia,
Hongaria, Bulgaria, dan Yunani mendorong
mereka untuk menggunakan cara yang sama di seluruh wilayah Khilafah Islam.
Hanya saja, usaha ini lebih difokuskan di wilayah Arab dan Turki. Sementara
itu, kedutaan besar Inggris dan Prancis di Istambul dan daerah-daerah basis
Khilafah Islam yang lain—seperti Baghdad, Damaskus, Beirut, Kaero dan
Jeddah—telah menjadi pengendalinya. Untuk menyukseskan misinya, telah dibangun
dua markas, Beirut
dan Istambul. Markas Beirut memainkan peranan jangka panjang, yaitu mengubah
putra-putri umat Islam agar menjadi kafir serta mengubah sistem Islam menjadi
sistem kufur. Sedangkan markas Istambul memainkan peranan jangka pendek, yaitu
memukul Khilafah Islam dengan telak.
Kedutaan-kedutaan
negara Eropa juga mulai aktif menjalin hubungan dengan orang Arab. Di Kairo,
dibentuk Partai Desentralisasi yang diketuai oleh Rafiq al-‘Adzim. Di Beirut,
Komite Reformasi dan Forum Literal dibentuk. Inggris dan Prancis mulai menyusup
di tengah orang-orang Arab yang cenderung memperjuangkan nasionalisme. Tanggal
18 Juni 1913 M, pemuda-pemuda Arab telah mengadakan kongres di Paris, dan
mengumumkan nasionalisme Arab. Dokumen yang ditemukan di Konsulat Prancis di
Damaskus telah membongkar rencana pengkhianatan mereka kepada Khilafah
Utsmaniah yang didukung oleh Inggris dan Prancis.
Sementara
itu, di Markas Istambul, negara-negara Eropa tidak hanya puas dengan merusak
putra-putri umat Islam di sekolah-sekolah dan universitas-universitas melalui
propaganda. Mereka ingin memukul Khilafah Islam dari jarak dekat dengan telak.
Caranya adalah dengan mengubah sistem pemerintahan Islam dan hukum Islam dengan
sistem pemerintahan ala Barat dan hukum-hukum kufur. Kampanye mulai dilakukan
oleh Rasyid Pasha, menteri luar negeri zaman pemerintahan Abdul Majid I, pada
tahun 1839 M. Tahun yang sama, Honourable Script—yang dikenal dengan
dengan Khalkhanah—yang dijiplak dari perundang-undangan Eropa
diperkenalkan. Pada tahun 1855 M, negara-negara Eropa, khususnya
Inggris, telah memaksa Khilafah Utsmaniah untuk melakukan amandemen UUD,
sehingga dikeluarkanlah Hemayun Script pada tanggal 11 Pebruari 1855 M.
Midhat Pasha, salah seorang anggota Free Masonry, pada tanggal 1 September 1876
M diangkat menjadi Perdana Menteri. Midhat membentuk panitia Ad Hoc untuk
menyusun UUD, sebagaimana yang dikehendaki oleh Inggris. Komisi ini berhasil
menyusun UUD berdasarkan Konstitusi Belgia. Inilah yang dikenal dengan
Konstitusi 1876. Namun, konstitusi ini ditolak oleh Sultan Abdul Hamid II, dan Sublime
Port pun tidak bersedia melaksanakannya, karena dinilai bertentangan dengan
Islam. Medhat Pasha pun akhirnya dipecat sebagai Perdana Menteri. Pada tahun
1908 M, Turki Muda yang berpusat di Salonika—pusat
komunitas Yahudi Dunamah—melakukan pemberontakan. Khalifah dipaksa oleh Turki
Muda, yang menjalankan hasil keputusan Konferensi Berlin, untuk mengumumkan UUD
yang diumumkan oleh Turki Muda di Salonika, dan tanggal 17 Nopember 1908
merupakan tanggal pembukaan parlemen yang pertama dalam Khilafah Utsmaniah.
Bekerjasama dengan syaikh al-Islâm, Sultan Abdul Hamid II akhirnya
dipecat dari jabatannya, dan dibuang ke Salonika.
Sejak saat itulah, sistem pemerintahan Islam telah berakhir.
Namun,
Inggris tampaknya belum puas sebelum menghancurkan Khilafah Utsmaniah secara
total. Perang Dunia I tahun 1914 M dimanfaatkan oleh Inggris untuk menyerang
Istambul dan menduduki Gallipoli. Dari sinilah kampanye Dardanelles
yang terkenal itu mulai dilancarkan. Pendudukan Inggris di kawasan ini juga
dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kemal Pasha, yang sengaja
dimunculkan sebagai pahlawan dalam Perang Ana Forta, tahun 1915 M. Kemal Pasha,
seorang agen Inggris, keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika itu akhirnya
menjalankan agenda Inggris, yakni melakukan revolusi kufur untuk menghancurkan
Khilafah Islam. Pada tahun 1919 M, dia menyelenggarakan Konggres Nasional di
Sivas, yang berhasil menelorkan Deklarasi Sivas. Deklarasi ini mencetuskan
kemerdekaan Turki dan negeri-negeri Islam yang lain dari penjajah, sekaligus
melepaskan negeri-negeri tersebut dari Khilafah Utsmaniah. Irak, Syria,
Palestina, Mesir, dan lain-lain kemudian mendeklarasikan konsensus kebangsaan
sehingga masing-masing menjadi negara merdeka. Pada saat itulah, sentimen
kebangsaan semakin mengental, seiring dengan lahirnya Pan-Turkisme dan
Pan-Arabisme; masing-masing menuntut kemerdekaan dan hak menentukan nasib
sendiri atas nama bangsanya, bukan atas nama umat Islam.
0 Response to "Konspirasi Barat dan Yahudi Menghancurkan Khilafah"
Posting Komentar